STMIK Amikom Yogyakarta
- ">" title="Outer Space Picture" alt="Saturnus" />
- ">" title="Outer Space Picture" alt="Mars" />
- ">" title="Outer Space Picture" alt="Galileo Space Craft" />
- ">" title="Outer Space Picture" alt="Sun" />
Kamis, 28 Februari 2013
Diposting oleh Eko kurnia S G di 10.45 Kamis, 28 Februari 2013
Di Tata Surya kita mengenal keberadaan Sabuk Asteroid di antara Mars dan Jupiter juga sabuk Kuiper yang beranggotakan obyek batuan dan es di area luar planet Neptunus. Ketika penemuan planet di bintang lain semakin banyak, ada pertanyaan lain yang muncul apakah keberadaan sabuk asteroid seperti yang ada di Tata Surya juga ada di sistem bintang lainnya? Tahun 2006, saya melakukan simulasi menggunakan Stargen dan menemukan kalau sistem serupa Tata Surya dan juga keberadaan sabuk asteroid cukup umum ditemui di sistem bintang lainnya. Meskipun sebagian besar ditemukan di area terluar sistem seperti halnya Sabuk Kuiper.
Di tahun 2008, pengamatan pada Epsilon Eridani menemukan keberadaan dua buah sabuk serupa sabuk asteroid di sistem bintang tersebut. Salah satunya bahkan dikategorikan sama dengan sabuk asteroid di antara Mars dan Jupiter.
Setelah Epsilon Eridani, tampaknya sabuk asteroid juga ditemukan bintang terang kedua di langit utara yakni bintang Vega yang berada di rasi Lyra. Vega atau alfa Lyra merupakan bintang paling terang di rasi tersebut. Penemuan sabuk asteroid di Vega disampaikan dalam pertemuan American Astronomical Societies yang ke 221 di Long Beach oleh Kate Su dari Steward Observatory di University of Arizona, Tucson yang merupakan pimpinan peneliti dalam pencarian Sabuk Asteroid di Vega.
Sabuk Asteroid
Data pengamatan Teleskop Spitzer milik NASA dan Teleskop Herschel milik ESA menunjukkan keberadaan sabuk asteroid yang lebar di sekeliling bintang Vega. Keberadaan sabuk asteroid di Vega mirip dengan yang ditemukan di Fomalhaut. Data menunjukkan keberadaan sabuk dalam dan luar di Vega yang dipisah oleh sebuah gap. Sabuk dalam merupakan sabuk yang hangat sedang sbauk terluar merupakan sabuk dingin. Arsitektur yang sama juga bisa kita lihat di Tata Surya dalam bentuk Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper. Bagian dalam sabuk ini hangat sedang bagian terluarnya dingin dan dipisahkan oleh sebuah gap di antara bagian terdalam dan terluar. Arsitektur yang sama juga ditemukan pada Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper di Tata Surya.
Pertanyaannya, apa yang mempertahankan keberadaan sabuk tersebut di Vega dan Fomalhaut? Kemungkinan terbesar adalah keberadaan multi planet di bintang tersebut. Di Tata Surya sabuk asteroid di antara Mars dan Jupiter bisa dipertahankan keberadaannya oleh gravitasi antara planet kebumian Mars dan planet gas raksasa Jupiter sedangkan Sabuk Kuiper dijaga oleh planet gas raksasa di dekatnya.
Sistem Multi Planet
Penemuan sabuk asteroid di Vega dan Fomalhaut di awal tahun 2013 menjadi bukti keberadaan sistem multi planet sebagai sistem yang umum di bintang lain. Ada kemiripan antara Vega dan Fomalhaut yakni keduanya memiliki massa dua kali massa Matahari dan tampak kebiruan dalam cahaya tampak. Keduanya juga berada cukup dekat pada kisaran jarak 25 tahun cahaya dengan usia lebih dari 400 juta tahun. Vega diperkirakan akan mendekati ulang tahunnya yang ke 600 juta tahun. Bintang Fomalhaut memiliki sebuah planet yang berada di tepi dalam sabuk kometnya.
Teleskop Spitzer dan Herschel mendeteksi cahaya infra merah yang di pancarkan oleh debu yang hangat dan dingin di pita diskret yang ada disekeliling Vega dan Fomalhaut. Data inilah yang membawa para astronom untuk menemukan sabuk asteroid di Vega sekaligus mengkonfirmasi keberadaan sabuk lainnya di sekeliling kedua bintang. Sabuk di sekitar kedua bintang diisi oleh debu serpihan tabrakan komet. Untuk sabuk dalam di kedua sistem tidak tampak dalam cahaya tampak sebagai akibat binar terang cahaya bintang.
Sabuk dalam dan luar di kedua bintang memiliki materi yang lebih banyak dibanding sabuk asteroid dan sabuk kuiper. Tidak mengherankan karena kedua sistem yang lebih muda dari Tata Surya dan masih membutuhkan beberapa ratus juta tahun lagi untuk membersihkan areanya. Sistem di kedua bintang terbentuk dari awan gas dan debu yang lebih masif dibanding awan gas dan debu pembentuk Tata Surya.
Kemiripan lain juga tampak pada jarak kedua sabuk di kedua bintang yang proporsional dengan jarak antara sabuk asteroid dan sabuk kuiper di Tata Surya dengan perbandingan 1:10. Sabuk terluar berada pada jarak 10 kali lebih jauh dibanding jarak sabuk dalam. Gap atau kesenjangan yang besar di antara kedua sabuk tampaknya bisa dijawab dengan keberadaan beberapa planet yang belum terdeteksi. Sebesar apakah planet itu memang tidak diketahui. Akan tetapi planet yang ada tentunya punya kemampuan untuk membersihkan area di antara kedua sabuk. Bisa saja planet di gap tersebut seukuran Jupiter atau lebih kecil. Sebagai pembanding, tinjau sistem bintang HR 8799 yang memiliki empat buah planet yang menyapu bersih area di antara puing-puing debu
Yang pasti, gap di antara sabuk dalam dan luar memang mengindikasikan keberadaan multi planet yang mengorbit Vega dan Fomalhaut. Dan jika memang ada planet di sana tentunya ia tidak akan tersembunyi selamanya dari mata yang memandang dari Bumi. Salah satu instrumentasi yang akan bisa menyingkap misteri itu adalah James Webb Telescope yang kelak akan bertugas di angkasa.
Source From : http://langitselatan.com/2013/01/09/sabuk-asteroid-di-vega/
Label: Outer Space 0 komentar
Diposting oleh Eko kurnia S G di 10.30
Seperti sang detektif terkenal Sherlock Holmes, para astronom harus
lihai memecahkan teka-teki puzzle dengan menyusun petunjuk-petunjuk dan
bukti-bukti. Ketika para astronom yang
menggunakan Observatorium Sinar-X Chandra menemukan sisa-sisa supernova
yang berbentuk ganjil dan berantakan ini, mereka tahu, sesuatu yang
ganjil telah terjadi. Setelah meneliti data dan memikirkan seluruh
kemungkinan lain, para astronom menyadari bahwa mereka mungkin telah
menemukan suatu rahasia gelap mengintai di dalam gambar ini - sebuah
lubang hitam muda !
Ledakan-ledakan supernova yang membuat bintang-bintang masif porak-poranda biasanya melontarkan materi secara merata ke segala arah dan meninggalkan suatu gelembung simetris (yang kedua sisinya sama). Namun, dalam supernova ini, materi dari kutub utara dan selatan bintang (ya, bintang-bintang memiliki kutub-kutub juga!) dilontarkan keluar lebih cepat daripada di tempat-tempat lain. Sisa-sisa yang akhirnya berbentuk tong memberikan petunjuk pertama pada para astronom, bahwa kehidupan bintang ini berakhir dengan cara yang tidak biasa.
Biasanya, ketika sebuah bintang mengalami tahap supernova, inti yang tersisa dimampatkan menjadi sebuah bola kecil yang disebut sebuah bintang neutron. Biasanya, bintang-bintang neutron memancarkan radiasi sinar-X, yang bisa difoto oleh para astronom menggunakan teleskop-teleskop khusus. Namun, penelitian data yang saksama menunjukkan bahwa tidak ada radiasi sinar-X atau bukti lain keberadaan sebuah bintang neutron. Artinya, suatu objek yang jauh lebih eksotis mungkin terbentuk saat ledakan itu—sebuah lubang hitam! Jika terbukti benar, ini adalah lubang hitam termuda yang diketahui di seluruh penjuru Galaksi kita, dengan usia baru 27.000 tahun !
Fakta Menarik : Dalam astronomi, kita menyebut semua materi yang lebih berat daripada hidrogen dan helium sebagai “logam”. Semua “logam” ini terkubur jauh di dalam bintang-bintang. Ketika sebuah bintang mati, logam-logamnya berhamburan kembali ke angkasa untuk membentuk bintang-bintang baru atau planet-planet, atau bahkan manusia !
Source From : http://langitselatan.com/2013/02/19/menyelidik-supernova/
Ledakan-ledakan supernova yang membuat bintang-bintang masif porak-poranda biasanya melontarkan materi secara merata ke segala arah dan meninggalkan suatu gelembung simetris (yang kedua sisinya sama). Namun, dalam supernova ini, materi dari kutub utara dan selatan bintang (ya, bintang-bintang memiliki kutub-kutub juga!) dilontarkan keluar lebih cepat daripada di tempat-tempat lain. Sisa-sisa yang akhirnya berbentuk tong memberikan petunjuk pertama pada para astronom, bahwa kehidupan bintang ini berakhir dengan cara yang tidak biasa.
Biasanya, ketika sebuah bintang mengalami tahap supernova, inti yang tersisa dimampatkan menjadi sebuah bola kecil yang disebut sebuah bintang neutron. Biasanya, bintang-bintang neutron memancarkan radiasi sinar-X, yang bisa difoto oleh para astronom menggunakan teleskop-teleskop khusus. Namun, penelitian data yang saksama menunjukkan bahwa tidak ada radiasi sinar-X atau bukti lain keberadaan sebuah bintang neutron. Artinya, suatu objek yang jauh lebih eksotis mungkin terbentuk saat ledakan itu—sebuah lubang hitam! Jika terbukti benar, ini adalah lubang hitam termuda yang diketahui di seluruh penjuru Galaksi kita, dengan usia baru 27.000 tahun !
Fakta Menarik : Dalam astronomi, kita menyebut semua materi yang lebih berat daripada hidrogen dan helium sebagai “logam”. Semua “logam” ini terkubur jauh di dalam bintang-bintang. Ketika sebuah bintang mati, logam-logamnya berhamburan kembali ke angkasa untuk membentuk bintang-bintang baru atau planet-planet, atau bahkan manusia !
Source From : http://langitselatan.com/2013/02/19/menyelidik-supernova/
Label: Outer Space 0 komentar
Senin, 25 Februari 2013
Diposting oleh Eko kurnia S G di 18.35 Senin, 25 Februari 2013
Cerita tentang Pluto dimulai ketika para astronom mencari keberadaan
planet X aka sebuah planet besar yang diduga keberadaanya diluar orbit
planet Neptunus. Pada saat itu para astronom yang mengamati orbit planet
Uranus menduga kalau orbit planet es ini mengalami gangguan oleh planet
lain selain Neptunus. Maka mulailah pencarian planet lain yang diduga
memiliki massa cukup besar seperti halnya Neptunus dan Uranus.
Pluto baru ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde W Tombaugh pada saat melakukan survey langit di Observatorium Lowell. Tapi sayangnya, massa Pluto terlalu kecil untuk dapat mengganggu orbit Uranus karena itu Pluto dianggap bukan Planet X. Semenjak ditemukan, Pluto sudah digolongkan sebagai planet bersama planet-planet lainnya di Tata Surya.
Pada tahun 1992, ditemukan obyek-obyek kecil di luar orbit Neptunus yang kemudian dikenal sebagai Obyek Sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper ini mirip dengan sabuk asteroid dan diisi oleh obyek-obyek kecil yang merupakan sisa-sisa pembentukan Tata Surya. Sampai hari ini sudah ditemukan lebih dari 70,000 Obyek Sabuk Kuiper. Penemuan obyek sabuk kuiper masih belum menjadi ancaman bagi status Pluto sampai 10 tahun kemudian ketika Quaoar ditemukan. Quaoar memiliki ukuran setengah ukuran Pluto, artinya ia masih jauh lebih kecil dari Pluto. Setelah Quaoar ada juga Sedna yang kemudian menjadi obyek paling besar di Sabuk Kuiper. Tapi lagi-lagi ia masih lebih kecil dari Pluto.
Baru di tahun 2005, status Pluto sebagai planet mulai diperbincangkan ketika sebuah obyek yang seukuran Pluto bahkan sedikit lebih besar dari Pluto ditemukan. Obyek baru bernama Eris itu kemudian dimasukkan sebagai kandidat planet ke-10 setelah Pluto. Bahkan ada yang menyebutnya planet ke-10.
Kehadiran Eris membawa perdebatan baru untuk melakukan klasifikasi ulang akan status Pluto apakah ia tetap diklasifikasikan sebagai plante bersama ke-8 planet lainnya ataukah ia lebih pantas diklasifikasikan bersama Eris dan teman-temannya sebagai planet kecil dan obyek di Sabuk Kuiper.
Maka di tahun 2006, International Astronomical Union mengeluarkan resolusi yang berisi Berisi Definisi , yakni:
Apakah dengan demikian Pluto dikeluarkan dari Tata Surya? Perlu diingat para astronom bukan superman yang bisa mengeluarkan sebuah obyek dari Tata Surya. Yang dilakukan hanya melakukan katalog ulang dan menggolongkan Pluto sebagai Planet Kecil bersama rekan-rekannya yang seukuran.
Source From : http://langitselatan.com/2012/07/05/benarkah-pluto-sebuah-planet/
Pluto baru ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde W Tombaugh pada saat melakukan survey langit di Observatorium Lowell. Tapi sayangnya, massa Pluto terlalu kecil untuk dapat mengganggu orbit Uranus karena itu Pluto dianggap bukan Planet X. Semenjak ditemukan, Pluto sudah digolongkan sebagai planet bersama planet-planet lainnya di Tata Surya.
Pada tahun 1992, ditemukan obyek-obyek kecil di luar orbit Neptunus yang kemudian dikenal sebagai Obyek Sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper ini mirip dengan sabuk asteroid dan diisi oleh obyek-obyek kecil yang merupakan sisa-sisa pembentukan Tata Surya. Sampai hari ini sudah ditemukan lebih dari 70,000 Obyek Sabuk Kuiper. Penemuan obyek sabuk kuiper masih belum menjadi ancaman bagi status Pluto sampai 10 tahun kemudian ketika Quaoar ditemukan. Quaoar memiliki ukuran setengah ukuran Pluto, artinya ia masih jauh lebih kecil dari Pluto. Setelah Quaoar ada juga Sedna yang kemudian menjadi obyek paling besar di Sabuk Kuiper. Tapi lagi-lagi ia masih lebih kecil dari Pluto.
Baru di tahun 2005, status Pluto sebagai planet mulai diperbincangkan ketika sebuah obyek yang seukuran Pluto bahkan sedikit lebih besar dari Pluto ditemukan. Obyek baru bernama Eris itu kemudian dimasukkan sebagai kandidat planet ke-10 setelah Pluto. Bahkan ada yang menyebutnya planet ke-10.
Kehadiran Eris membawa perdebatan baru untuk melakukan klasifikasi ulang akan status Pluto apakah ia tetap diklasifikasikan sebagai plante bersama ke-8 planet lainnya ataukah ia lebih pantas diklasifikasikan bersama Eris dan teman-temannya sebagai planet kecil dan obyek di Sabuk Kuiper.
Maka di tahun 2006, International Astronomical Union mengeluarkan resolusi yang berisi Berisi Definisi , yakni:
- Memiliki orbit yang mengitari Matahari / bintang
- Memiliki massa yang besar agar gravitasinya cukup besar untuk mempertahankan bentuk bola
- Mampu membersihkan area sekeliling orbitnya dari benda-benda kecil.
- Planet : 8 obyek dari Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus
- Planet Katai : Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, Eris dan obyek bundar lainnya yang belum menyapu bersih lingkungan disekitar orbitnya, dan bukan merupakan satelit
- Benda Kecil di Tata Surya : semua obyek lain yang mengorbit Matahari.
Apakah dengan demikian Pluto dikeluarkan dari Tata Surya? Perlu diingat para astronom bukan superman yang bisa mengeluarkan sebuah obyek dari Tata Surya. Yang dilakukan hanya melakukan katalog ulang dan menggolongkan Pluto sebagai Planet Kecil bersama rekan-rekannya yang seukuran.
Source From : http://langitselatan.com/2012/07/05/benarkah-pluto-sebuah-planet/
Label: Outer Space 0 komentar
Diposting oleh Eko kurnia S G di 18.30
Satelit ke-5 Pluto
Bulan ke-5 yang mengiring Pluto tersebut berhasil ditemukan menggunakan Teleskop Hubble dan diperkirakan memiliki bentuk yang tidak teratur dengan diameter sekitar 9 – 24 km. Satelit yang disebut P5 atau S/2012 (134340) 1 mengorbit pada jarak 48000 km dari Pluto dan memiliki orbit lingkaran dengan diameter 93341 km di sekeliling Pluto.
Penemuan ini jelas menambah jumlah anggota keluarga Pluto menjadi lima setelah Charon, Hydra, Nix dan P4. Penemuan ini tidak hanya menarik untuk tahu bahwa Pluto ternyata punya 5 satelit pengiring melainkan juga jadi perhatian karena obyek sekecil itu bisa memiliki koleksi satelit yang cukup kompleks.
Tahun 2006 menjadi tahun ketika PLuto tidak lagi menempati klasifikasi planet. Ia diklasifikasi ulang ke dalam kelas planet kerdil karena area disekelilingnya belum bersih. Ini ditandai dengan keberadaan obyek-obyek sabuk kuiper di sekelilingnya. Hal ini dikarenakan Pluto tidak memiliki kemampuan untuk mengakresi ataupun melontarkan mereka keluar dari orbitnya seperti halnya planet mayor lainnya.
Tapi, tidak berarti Pluto jadi tidak istimewa. Jika Bumi hanya ditemani sebuah Bulan, Pluto yang awalnya hanya ditemani Charon mulai menunjukkan kalau ia masih punya beberapa pengiring lainnya. Satelit pertama Pluto, Charon ditemukan pada tahun 1978 dalam pengamatan di United States Naval Observatory, Washington, D.C. Puluhan tahun kemudian, di tahun 2006 ketika gonjang ganjing status Pluto sebagai Planet dipertanyakan, Nix dan Hydra ditemukan oleh teleskop Hubble. Di tahun 2011, satelit P4 berhasil ditemukan dalam data Hubble. Dan selang setahun kemudian,P5 juga ditemukan oleh teleskop Hubble dalam 9 set citra yang diambil menggunakan kamera medan lebar 3 milik Hubble. Pengamatan dilakukan pada tanggal 26, 27 dan 29 Juni 2012 serta pengamatan pada tanggal 7 dan 9 Juli 2012.
Penemuan P5 juga memberikan petunjuk tambahan untuk mengungkap pembentukan sistem Pluto dan bagaimana mereka berevolusi. Diperkirakan semua satelit di Pluto ini terbentuk bersamaan ketika terjadi tabrakan antara Pluto dan obyek besar lainnya di Sabuk Kuiper milyaran tahun yang lalu.
Menurut Harold Weaver dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory di Laurel, Md, “Keberadaan sedemikian banyak satelit kecil disekeliling Pluto sekaligus memberi informasi kalau masih ada banyak partikel kecil yang tak terlihat sedang mengintai di sistem Pluto”. Tak heran memang kalau masih banyak partikel kecil yang mengintai di sistem Pluto.
New Horizon
Tahun 2015, wahana New Horizon akan melakukan terbang lintas di Pluto yang jaraknya 4,7 milyar km. Keberadaan P5 jelas menjadi informasi penting bagi para astronom untuk mengemudikan New Horizon saat melakukan terbang lintas. Kalau tidak, keberadaan satelit ini bisa membahayakan wahana New Horizon juga.
New Horizon akan melakukan perjalanan ke Pluto dan ia akan bergerak melintasi planet kerdil ini dalam kecepatan 48200 km per jam. Dengan kecepatan seperti ini tabrakan dengan puing – puing kecil di orbit tentunya akan menghancurkan wahana tersebut. Karena itulah para astronom menggunakan penglihatan Hubble untuk melihat potensi bahaya bagi New Horizon. Hasil pengamatan Hubble yang melihat keberadaan obyek-obyek kecil disekeliling Pluto akan membantu tim New Horizon untuk merancang rute yang aman bagi perjalanan wahana tersebut.
Tapi ada pertanyaan lain yang juga muncul. Kalau Pluto bukan planet kenapa dia punya banyak satelit pengiring? Apakah keberadaan satelit ke-5 akan membawa Pluto menjadi planet lagi ?
Sayangnya harapan itu tidak akan tercapai. Pluto akan tetap menjadi planet kerdil dan tentu saja setiap obyek di luar angkasa bisa memiliki pengiring yang mengorbit dirinya. Dan jika massa Pluto beserta seluruh satelitnya digabungkan, total massanya masih lebih kecil dari Eris dan satelitnya. Bahkan diperkirakan masih akan ada satelit kecil lainnya yang juga bergerak mengelilingi planet kerdil yang satu ini.
Source From : http://langitselatan.com/2012/07/12/p5-satelit-baru-pengiring-pluto/
Bulan ke-5 yang mengiring Pluto tersebut berhasil ditemukan menggunakan Teleskop Hubble dan diperkirakan memiliki bentuk yang tidak teratur dengan diameter sekitar 9 – 24 km. Satelit yang disebut P5 atau S/2012 (134340) 1 mengorbit pada jarak 48000 km dari Pluto dan memiliki orbit lingkaran dengan diameter 93341 km di sekeliling Pluto.
Penemuan ini jelas menambah jumlah anggota keluarga Pluto menjadi lima setelah Charon, Hydra, Nix dan P4. Penemuan ini tidak hanya menarik untuk tahu bahwa Pluto ternyata punya 5 satelit pengiring melainkan juga jadi perhatian karena obyek sekecil itu bisa memiliki koleksi satelit yang cukup kompleks.
Tahun 2006 menjadi tahun ketika PLuto tidak lagi menempati klasifikasi planet. Ia diklasifikasi ulang ke dalam kelas planet kerdil karena area disekelilingnya belum bersih. Ini ditandai dengan keberadaan obyek-obyek sabuk kuiper di sekelilingnya. Hal ini dikarenakan Pluto tidak memiliki kemampuan untuk mengakresi ataupun melontarkan mereka keluar dari orbitnya seperti halnya planet mayor lainnya.
Tapi, tidak berarti Pluto jadi tidak istimewa. Jika Bumi hanya ditemani sebuah Bulan, Pluto yang awalnya hanya ditemani Charon mulai menunjukkan kalau ia masih punya beberapa pengiring lainnya. Satelit pertama Pluto, Charon ditemukan pada tahun 1978 dalam pengamatan di United States Naval Observatory, Washington, D.C. Puluhan tahun kemudian, di tahun 2006 ketika gonjang ganjing status Pluto sebagai Planet dipertanyakan, Nix dan Hydra ditemukan oleh teleskop Hubble. Di tahun 2011, satelit P4 berhasil ditemukan dalam data Hubble. Dan selang setahun kemudian,P5 juga ditemukan oleh teleskop Hubble dalam 9 set citra yang diambil menggunakan kamera medan lebar 3 milik Hubble. Pengamatan dilakukan pada tanggal 26, 27 dan 29 Juni 2012 serta pengamatan pada tanggal 7 dan 9 Juli 2012.
Penemuan P5 juga memberikan petunjuk tambahan untuk mengungkap pembentukan sistem Pluto dan bagaimana mereka berevolusi. Diperkirakan semua satelit di Pluto ini terbentuk bersamaan ketika terjadi tabrakan antara Pluto dan obyek besar lainnya di Sabuk Kuiper milyaran tahun yang lalu.
Menurut Harold Weaver dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory di Laurel, Md, “Keberadaan sedemikian banyak satelit kecil disekeliling Pluto sekaligus memberi informasi kalau masih ada banyak partikel kecil yang tak terlihat sedang mengintai di sistem Pluto”. Tak heran memang kalau masih banyak partikel kecil yang mengintai di sistem Pluto.
New Horizon
Tahun 2015, wahana New Horizon akan melakukan terbang lintas di Pluto yang jaraknya 4,7 milyar km. Keberadaan P5 jelas menjadi informasi penting bagi para astronom untuk mengemudikan New Horizon saat melakukan terbang lintas. Kalau tidak, keberadaan satelit ini bisa membahayakan wahana New Horizon juga.
New Horizon akan melakukan perjalanan ke Pluto dan ia akan bergerak melintasi planet kerdil ini dalam kecepatan 48200 km per jam. Dengan kecepatan seperti ini tabrakan dengan puing – puing kecil di orbit tentunya akan menghancurkan wahana tersebut. Karena itulah para astronom menggunakan penglihatan Hubble untuk melihat potensi bahaya bagi New Horizon. Hasil pengamatan Hubble yang melihat keberadaan obyek-obyek kecil disekeliling Pluto akan membantu tim New Horizon untuk merancang rute yang aman bagi perjalanan wahana tersebut.
Tapi ada pertanyaan lain yang juga muncul. Kalau Pluto bukan planet kenapa dia punya banyak satelit pengiring? Apakah keberadaan satelit ke-5 akan membawa Pluto menjadi planet lagi ?
Sayangnya harapan itu tidak akan tercapai. Pluto akan tetap menjadi planet kerdil dan tentu saja setiap obyek di luar angkasa bisa memiliki pengiring yang mengorbit dirinya. Dan jika massa Pluto beserta seluruh satelitnya digabungkan, total massanya masih lebih kecil dari Eris dan satelitnya. Bahkan diperkirakan masih akan ada satelit kecil lainnya yang juga bergerak mengelilingi planet kerdil yang satu ini.
Source From : http://langitselatan.com/2012/07/12/p5-satelit-baru-pengiring-pluto/
Label: Outer Space 0 komentar
Diposting oleh Eko kurnia S G di 18.15
Pernah membayangkan berada di dekat Matahari? Jangankan Matahari di
dekat kompor yang menyala saja kita sudah kepanasan dan bisa terbakar.
Nah sekarang bayangkan sebuah planet berada sangat dekat dengan
Matahari ...!!
A. Es di Merkurius
Merkurius, planet terdekat dengan Matahari di dalam Tata Surya yang jaraknya hanya 57,909,100 km atau 0.387 au. Sangat dekat bukan? Pada jarak tersebut, Merkurius memiliki temperatur yang berkisar dari 100 K – 700 K. Dengan temperatur seperti itu, tentunya kita “tidak terlalu berharap” menemukan air disana. Tapi, kemiringan sumbu rotasi planet Merkurius tidak benar-benar nol alias kurang dari satu derajat (hampir nol) sehingga ada area di kutub yang tidak pernah melihat sinar Matahari. Karena itu, sejak satu dekade lalu ada ilmuwan-ilmuwan yang berteori bahwa di area-area gelap Merkurius di kutub akan bisa ditemukan air es yang terperangkap di sana.
Merkurius, planet terdekat dengan Matahari di dalam Tata Surya yang jaraknya hanya 57,909,100 km atau 0.387 au. Sangat dekat bukan? Pada jarak tersebut, Merkurius memiliki temperatur yang berkisar dari 100 K – 700 K. Dengan temperatur seperti itu, tentunya kita “tidak terlalu berharap” menemukan air disana. Tapi, kemiringan sumbu rotasi planet Merkurius tidak benar-benar nol alias kurang dari satu derajat (hampir nol) sehingga ada area di kutub yang tidak pernah melihat sinar Matahari. Karena itu, sejak satu dekade lalu ada ilmuwan-ilmuwan yang berteori bahwa di area-area gelap Merkurius di kutub akan bisa ditemukan air es yang terperangkap di sana.
Ide ini pertama kali mendapat tanggapan positif di tahun 1991 ketika
teleskop radio Arecibo di Puerto Rico mendeteksi potongan radar-terang
di kutub Merkurius yang mengindikasikan pantulan gelombang radio karena
keberadaan air es. Sebagian besar hasil pengamatan terhadap radar-terang
tersebut mengacu pada lokasi kawah tabrakan yang besar yang dipetakan
oleh wahana Mariner 10 di tahun 1970. Tapi lagi-lagi para ilmuwan tidak
terlalu yakin kalau potongan radar-terang yang dideteksi Arecibo
memiliki keterkaitan dengan area gelap di kawah.
Dan 20 tahun kemudian barulah dugaan itu bisa dibuktikan kebenarannya.
Kedatangan MESSENGER di Merkurius memang membawa cerita baru dari
planet tersebut sekaligus harapan untuk mengungkap lebih banyak lagi
cerita dari planet terdekat Matahari itu. Citra yang dihasilkan Dual
Imaging System Merkurius di tahun 2011 dan awal 2012 menunjukkan
keberadaan fitur berwarna terang di kutub utara dan selatan Merkurius.
Dan citra itu juga menunjukkan kalau fitur terang tersebut berada di
area gelap permukaan Merkurius di kutub-kutubnya.
MESSENGER menemukan air es di Merkurius. Itulah berita utama yang dirilis oleh team MESSENGER pada tanggal 30 November lalu. Es yang dilihat oleh MESSENGER tersebut merupakan simpanan utama di
kutub utara Merkurius dan simpanan itu tidaklah sedikit. Air es yang ada
di Merkurius tersebut cukup banyak untuk menyelubungi seluruh ibukota
Amerika. Maksudnya, jika kita tebar es itu di area seluas kota
Washington DC, maka es akan menutupi seluruh permukaan dengan ketebalan
3,2 km.
Di area yang paling dingin, es tampak di permukaan sedangkan di area
yang lebih hangat ada materi gelap yang melapisi es. ??Dalam pengamatan
MESSENGER menggunakan instrumen spektroskopi neutron untuk mengukur
konsentrasi hidrogen rata-rata di area berwarna terang Merkurius.
Ternyata area terang yang diduga jadi penyimpan es itu memiliki lapisan
kaya hidrogen dengan ketebalan lebih dari puluhan sentimeter di bawah
lapisar permukaan yang tebalnya 10-20 cm dan memiliki hidrogen lebih
sedikit. Lapisan yang terkubur tersebut memiliki hidrogen dalam bentuk
es air murni.
B. Pengamatan MESSENGER
Dalam tugasnya, MESSENGER mengambil data menggunakan Mercury Laser Altimeter (MLA) yang melakukan pemetaan topografi Merkurius dan menguatkan hipotesa es di kutub planet tersebut, utamanya di kutub utara. Untuk pengamatan di kutub selatan masih belum memungkinkan. Dalam datanya, MESSENGER menemukan kalau di area gelap kutub utara Merkurius terdapat simpanan gelap dan terang.
Dalam tugasnya, MESSENGER mengambil data menggunakan Mercury Laser Altimeter (MLA) yang melakukan pemetaan topografi Merkurius dan menguatkan hipotesa es di kutub planet tersebut, utamanya di kutub utara. Untuk pengamatan di kutub selatan masih belum memungkinkan. Dalam datanya, MESSENGER menemukan kalau di area gelap kutub utara Merkurius terdapat simpanan gelap dan terang.
Materi gelap di Merkurius merupakan kunci untuk mengetahui tentang
kandungan air di Merkurius. Diduga materi gelap tersebut berasal dari
senyawa organik kompleks komet dan asteroid yang menumbuk Merkurius. Dan
air di Merkurius pun diyakini berasal dari senyawa kimia yang dibawa
komet dan asteroid tersebut.
Indikasi keberadaan air dalam bentuk es memang sudah ditemukan di Merkurius. Tapi tidak berarti misteri bisa diungkapkan semua. Ada banyak pertanyaan baru yang muncul.
Apakah materi gelap di kutub susunan paling banyaknya berupa senyawa
organi? Reaksi kimia seperti apa yang sudah dialami materi tersebut?
Apakah ada area lain di Merkurius yang memiliki air dalam wujud cair dan
senyawa organik bersama-sama?
Pertanyaan tersebut masih akan terus dicari jawabannya dalam eksplorasi Merkurius.
Source From : http://langitselatan.com/2012/12/03/es-di-kutub-utara-merkurius/
Label: Outer Space 0 komentar
Sabtu, 23 Februari 2013
Diposting oleh Eko kurnia S G di 21.12 Sabtu, 23 Februari 2013
The sun is a star that were located closest to the Earth in both clusters in the Milky Way galaxy and andromeda galaxy. The sun is a star because the sun emits its own light produced. The sun emits light and heat can be a very, very large amount of energy because it is produced from nuclear fusion of hydrogen nuclei merge.
A. Distance of the Sun to the Earth
The sun is a star that looks great compared to most other stars are scattered in space because it is very close, which is about 150 million km. 150 million kilo meters also called unit astronomi.Jarak position nearest the Sun to the Earth is 147 million km away called Perihelium (January 1). While the farthest distance the sun to the Earth is approximately 152 million kilometers called Aphelium (1 July). Of course, there is currently no person involved directly between the sun to the earth as it is very hot and the glare.
B. Temperature Sun
The hot sun on the surface is about 6 thousand degrees Celsius. While in the sun's core temperature reaches 150 million degrees Celsius. From time to time the sun would be predicted temperature gets colder and eventually died with the other planets, including Earth.
C. Authors Solar-Hydrogen : 70%
A. Distance of the Sun to the Earth
The sun is a star that looks great compared to most other stars are scattered in space because it is very close, which is about 150 million km. 150 million kilo meters also called unit astronomi.Jarak position nearest the Sun to the Earth is 147 million km away called Perihelium (January 1). While the farthest distance the sun to the Earth is approximately 152 million kilometers called Aphelium (1 July). Of course, there is currently no person involved directly between the sun to the earth as it is very hot and the glare.
B. Temperature Sun
The hot sun on the surface is about 6 thousand degrees Celsius. While in the sun's core temperature reaches 150 million degrees Celsius. From time to time the sun would be predicted temperature gets colder and eventually died with the other planets, including Earth.
C. Authors Solar-Hydrogen : 70%
- Helium: 25%
- Other elements: 5%
D. Constants And Solar Energy
The amount of heat received by each 1 cm square in the upper atmosphere of the sun per minute is 2 calories per minute per square cm. Solar energy is due to the incorporation of hydrogen nuclei fusiatau form a helium nucleus and two positrons and energy 24.7 MeV.E. Composition Parts of the Sun-photosphere is part surface layer that emits intense light and glare. - Kormosfer is a very thick layer of gas. - Corona is the outermost layer of the solar atmosphere
D. Constants And Solar Energy
The amount of heat received by each 1 cm square in the upper atmosphere of the sun per minute is 2 calories per minute per square cm. Solar energy is due to the incorporation of hydrogen nuclei fusiatau form a helium nucleus and two positrons and energy 24.7 MeV.E. Composition Parts of the Sun-photosphere is part surface layer that emits intense light and glare. - Kormosfer is a very thick layer of gas. - Corona is the outermost layer of the solar atmosphere
Source From : http://www.scribd.com/doc/47580397/Penjelasan-Dan-Pengertian-Matahari-dan-planet-di-tata-surya
Label: Outer Space 0 komentar
Diposting oleh Eko kurnia S G di 13.06
More logical explanation of the new astronomy surfaced on 128 years later, when Hector Manterola et al propose a new hypothesis. Objects are seen Bonilla hypothesized a comet the size of a fragmented comet Halley intensively so as to form a thousand pieces. And the pieces of the comet passed very close to Earth.
Appropriate international nomenclature, the name of a comet is attributed to the name of the person / program that first identifies its presence. So the comet fragments which witnessed bonilla, and now that comet is a named "Bonilla". Fragments of the comet hypothesis is confirmed by the characteristics of each black spot, which is covered with a gray mist fog asymmetric shape to shape their spots. If this is compared with the members of the solar system in general, only the comet that meet the criteria.
Appropriate international nomenclature, the name of a comet is attributed to the name of the person / program that first identifies its presence. So the comet fragments which witnessed bonilla, and now that comet is a named "Bonilla". Fragments of the comet hypothesis is confirmed by the characteristics of each black spot, which is covered with a gray mist fog asymmetric shape to shape their spots. If this is compared with the members of the solar system in general, only the comet that meet the criteria.
Comets are celestial bodies in the solar system known to eject dust and volatile gases (volatile) into the surrounding environment as sublimation in the nucleus of the comet as the impact of an increase in temperature due to over comet nucleus close to the sun on its way to perihelion orbit. Sublimation produces gases are then trapped in the deposits (reservoirs) in the crust of the comet nucleus for the next gush out while carrying fine dust and other light gases when the pressure is large enough and find a weak point in the crust. Bursts of dust and gas it produces temporary atmosphere that we know as the head of the comet (coma). The next solar wind pressure blew the dust and gas to produce one particular direction formed what is known as long-tail (comet). Then the black spots of gray mist shrouded the observed Bonilla over the head like a comet nucleus. And forms a gray haze asymmetry indicates the formation of comet tails exactly in the fog that extends.
Bonilla
comet fragments are the product of a massive fragmentation of the
comet, it commonly occurs as a result of the fragility of the structure
of the comet nucleus and the many external factors that can bring style
than fragile connective force between the molecules making up the core
of the comet. External
factors in the form of gravitational sun or planet (especially if the
comet enters its orbit Rochhe) and the pressure of the wind or solar
storm. In the last 150 years we have observed more than 40 pieces of a fragmented comet with varying degrees of severity. The
most phenomenal event fragmentation of comet Elenin is due to solar
storm on August 20, 2011 to make a comet which was rumored as the
"doomsday comet" was crushed.
The analysis showed comet fragments Bonilla length between 68 to 1022 meters and a width of between 46 and 795 meters with an estimated mass of between 0.56 to 2,500 million tonnes (assuming denistas 0.95 g / cc). So that each fragment was almost as big as the lump of a hill. Assuming the albedo 0.08 each comet fragment Bonilla has an absolute magnitude of 17 to 23. At the time of going to pass in front of the sun setting, each comet fragment Bonilla has apparent magnitude +3.6 to +9.7 between (assuming the phase angle 165 degrees). Although the human eye is capable of detecting faint celestial objects with a maximum apparent magnitude +6, but the brilliance of the space where the comet fragments Bonilla is the bright sunlight, none of the comet fragments that could be identified earlier. Just as it transits the sun that caused the comet fragments was detected.
Bonilla recorded on average there are 131 fragments of a comet that had transit the Sun in every hour. By crossing the entire fragment lasts for 25 hours straight, then there are at least 3275 pieces of comet fragments Bonilla experiencing transit the Sun. If the dust mass fragmentation results not taken into account, then the thousands of fragments of comet Bonilla came from a parent comet with a mass between 1.8 and 8.2 thousand billion tons. Thus the parent comet has a diameter between 1.5 and 25 km (assuming a perfectly spherical) with an estimated absolute magnitude between 11 and 17.
Source From : http://langitselatan.com/2013/01/07/komet-bonilla-yang-nyaris-mengguncang-dunia/
Label: Outer Space 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)